Seperti yang dilansir dari CVT News, studi itu melibatkan 60 mahasiswa internasional yang hidupnya berpindah-pindah dari waktu ke waktu. Profesor psikologi, Jean-Philippe Gouin, mengamati kesehatan mereka selama lima bulan.
Gouin melihat tingkat integrasi sosial mereka, serta seberapa kesepian mereka dengan cara mengisi kuesioner. Bersama tim riset, ia kemudian coba mendeteksi detak jantung peserta studi, dengan melihat variabilitas detak jantung frekuensi tinggi (HF-HRV), yang dikenal di kalangan medis untuk menjadi indikator parasimpatis kesehatan sistem saraf.
"Studi lain telah menunjukkan bahwa individu dengan variabilitas detak jantung yang lebih rendah mengalami peningkatan risiko mengembangkan kesehatan yang buruk, termasuk risiko lebih besar mengidap penyakit jantung," ujar Gouin.
Variabilitas denyut jantung imigran yang membentuk persahabatan dan memperluas jaringan sosial mereka juga dilaporkan meningkat. Sementara itu, mereka yang mengisolasi dan menutup diri mengalami penurunan denyut jantung.
"Studi ini menunjukkan fakta bahwa isolasi sosial yang berkepanjangan akan memberi efek negatif efek pada kesehatan fisik," tuturnya. Gouin juga mengatakan, studinya berlaku tidak hanya untuk imigran dan mahasiswa, tetapi juga kepada siapa pun yang hidupnya selalu berubah-ubah.
"Pesan ini sangat jelas, Anda harus menjangkau orang lain. Semakin cepat Anda berhasil bersosialisasi di tempat baru, semakin sehat," tambahnya. Studi tersebut diterbitkan dalam Annals of Behavioral Medicine.
0 komentar:
Posting Komentar