Kementerian Kesehatan sudah menjelaskan pemborosan anggaran pelesiran ke luar negeri sebesar Rp 145 miliar itu sudah efisien, tapi hal ini masih terus dipermasalahkan.
Salah satunya adalah Forum Indonesia untuk Tranparansi Anggaran (Fitra). Lembaga Swadaya pemerhati anggaran pemerintah ini menilai Kemenkes telah melakukan pemborosan perjalanan dinas secara terang-terangan. Salah satu modusnya dikemas secara apik dengan mengalokasikannya dengan kegiatan seminar international.
“Dengan kemasan mengikuti seminar international, aparat Kemenkes seolah-olah bekerja untuk kepentingan masyarakat. Padahal, tujuan mereka hanya melakukan jalan-jalannya, dan menghabiskan anggaran,” katanya kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta, kemarin.
Dikatakan, berdasarkan data yang dihimpun Fitra, anggaran untuk mengikuti seminar internasional tahun ini Kemenkes menganggarkan Rp 9.194.572.000.
Rincian alokasinya, untuk 12 Satuan Kerja, di antaranya Pusat Kerjasama Luar Negeri sekitar Rp 3,1 miliar, Sekretariat Badan LITBANGKES sekitar Rp 1,3 miliar, serta Badan Pengembangan Dan Kesehatan SDM Kesehatan sekitar Rp 1 miliar.
“Bentuk kegiatannya macam-macam seperti menghadiri kegiatan WHA, Forum Ilmiah diluar negeri, dan Senior Official Meeting (SOM). Padahal semua itu cuma kemasan untuk jalan-jalan. Selama ini pertanggungjawabannya nggak jelas,” ujarnya.
Menurutnya, pengalokasian anggaran itu tentu terasa tidak adil ketika dalam RKA (rencana kerja Anggaran) Kemenkes menetapkan asuransi untuk 32 juta orang miskin sebesar Rp 5 triliun.
Padahal, kata dia, dengan anggaran sebesar itu, setiap orang miskin yang hanya mendapatkan bantuan Rp 153.704 per orang untuk setiap tahun, dan Rp.12.809 per orang setiap bulannya. Padahal jumlah orang miskin ada 32,53 juta.
“Dengan demikian orang miskin adalah warganegara kelas dua dibandingkan dengan para pejabat Kementerian Kesehatan,” tukasnya.
Melihat permasalahan seperti ini, Uchok berharap agar BPK (Badan Pemeriksa Keuangn), dan BPKP (Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan) melakukan audit investigasi terhadap realisasi anggaran Kemenkes.
Pihak Kemenkes belum berhasil dikonfirmasi. Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih yang dihubungi telepon selulernya tidak memberikan respon. Sementara Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Kemenkes sedang berada di luar kota. Irjen Kemenkes, Yudhi Prayudha Ishak yang dikonfirmasi menolak untuk memberikan penjelasan.
“Sebaiknya nda coba ke puskomlit. Biar mereka yang mengarahkan,” kata Yudhi melalui pesan singkatnya.
Sebelumnya Kemenkes menyatakan 80 persen atau Rp 116 miliar dari total perjalanan luar negeri Kemenkes yang berjumlah Rp 146 miliar, digunakan untuk mendukung pelayanan kesehatan haji.
Sisanya 20 persen atau Rp 30 miliar digunakan untuk pertemuan internasional WHO, WHA, ASEAN dan lain-lain, serta pelatihan jangka pendek dan jangka panjang untuk meningkatkan profesionalisme petugas kesehatan.
Hal itu dikemukakan Kepala Pusat Komunikasi Publik Kemenkes Tritarayati, didampingi Kepala Pusat Kesehatan Haji H Wan Alkadri, dan Kepala Biro Perencanaan dan Anggaran Untung Suseno kepada para wartawan di Jakarta tanggal 20 September 2010.
“Setelah Saya Lengser, Tumbuh Lagi...”
Siti Fadilah Supari, Bekas Menkes
Bekas Menteri Kesehatan, Siti Fadilah Supari membenarkan, kerap terjadi pemborosan pada penggunaan dana di Kemenkes, salah satunya pada pos anggaran perjalanan dinas.
“Benar kata Fitra, saya setuju dengan mereka. Memang kerap terjadi pemborosan anggaran dalam perjalanan dinas Kemenkes, dan itu harus segera dihentikan,” katanya, kemarin.
Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Bidang Kesejahteraan Rakyat ini menjelaskan, setahu dia biasanya pemborosan ini terjadi pada perjalanan dinas untuk rapat para pejabat Kemenkes ke luar kota, atau luar negeri.
“Mereka cukup sering rapat di Batam, di Lombok, di Bali, di Solo, dan sebagainya. Apalagi menjelang akhir tahun anggaran seperti ini. Disitulah terjadi pembengkakan dana,” ucapnya.
Berdasarkan pengamatannya saat menjadi Menteri Kesehatan, sebetulnya banyak rapat yang tidak perlu dilakukan di luar kota. Rencana perjalanan dinas tiap eselon perlu dievaluasi lagi urgensinya. Dikatakannya, dirinya pernah melakukan pemangkasan perjalanan dinas hingga tinggal seperempat dari yang telah diagendakan.
“Dulu hal ini saya cermati. Tapi setelah saya lengser, sepertinya tumbuh lagi,” katanya.
Oleh karena itu Fadilah menyarankan, agar Menkes Endang Rahayu Sedyaningsih melakukan evaluasi terhadap anggaran perjalanan dinas setiap eselon, agar tidak terjadi pemborosan.
Dia juga mengingatkan, apabila dilakukan pemangkasan, Endang harus berhati-hati agar tidak berdampak negatif terhadap pelayanan publik yang dilakukan oleh Kemenkes.
“Kalau bisa yang dipangkas anggaran perjalanan dinas bagi para pejabat saja. Untuk anggaran dokter haji, dan lain-lain itu sudah menjadi kebutuhan pokok. Kalau anggaran itu sampai terkena pemangkasan, kasihan masyarakat,” cetusnya.
Jangan Sampai Terjadi Pemborosan
Irgan Chairul Mahfiz, Wakil Ketua Komisi IX DPR
Wakil Ketua Komisi IX DPR, Irgan Chairul Mahfiz menyarankan Kemenkes tidak alergi dan segara merespons temuan pemborosan anggaran seminar ke luar negri dari Fitra.
“Apa yang disampaikan Fitra, terlepas sifatnya itu fakta sebatas analisa atau penilaian semata, saya kira Kemenkes sebaiknya mencermati temuan tersebut. Masyarakat sekarang sudah sangat kritis terhadap penggunaan anggaran,” katanya, kemarin.
Sekjen Partai Persatuan Pembangunan ini menilai, selama ini Kemenkes kurang melakukan penghematan anggaran. Padahal bila hal itu dijalankan bisa memingkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
“Sesungguhnya anggaran adalah milik rakyat. Jadi jangan sampai terjadi pemborosan anggaran negara. Apalagi jika pemborosan tersebut sampai mempengaruhi kinerja lembaga secara keseluruhan. Itu jelas akan banyak merugikan negara, terlebih lagi rakyat,” tuturnya.
Anggota DPR dari Daerah Pemilihan Banten III ini berharap, ke depan Kemenkes mau memperbaiki lagi kinerjanya, terutama memperhatikan perencanaan anggaran.
Irgan berjanji setelah reses, Komisi IX DPR akan menjadwalkan pertemuan dengan Kemenkes, dan ia akan mengingatkan Menkes mengenai masalah ini. “Habis reses kita pasti bertemu, dan saya akan mengingatkan masalah ini,” pungkasnya.
“Diserahkan Ke KPK Untuk Ditindaklanjuti”
Roy Salam, Peneliti IBC
Peneliti dari Indonesia Budget Center (IBC) Roy Salam menyatakan siap berkoordinasi dengan Fitra terkait dugaan pemborosan anggaran di Kemenkes berkedok seminar internasional.
“Perlu dilakukan pertemuan dengan Fitra. Setelah itu, hasil temuannya diserahkan kepada BPK, KPK dan kejaksaan untuk ditindaklanjuti. Apakah di dalam dana tersebut ada unsur korupsi atau tidak,” katanya, kemarin.
Menurutnya, bila apa yang diungkapkan Kemenkes itu benar, maka lembaga itu sudah tidak sejalan dengan cita-cita Presiden SBY yang menghendaki adanya penghematan anggaran. “Seharusnya mereka menjalankan amanah Presiden untuk menghemat dana negara,” ucapnya.
0 komentar:
Posting Komentar