Kacamata dan Kepintaran, Adakah hubungannya?
Kacamata dan Kepintaran |
Kerapkali orang beranggapan bahwa kacamata selalu dihubungkan dengan kutu buku, yang suka belajar dan membaca.
Muncullah stereotip orang yang berkacamata itu pintar atau sebaliknya,
orang pintar itu berkacamata. Hal ini membuat kita masih penasaran,
soalnya akhir-akhir ini teman-teman semakin banyak dan pede memakai
kacamata. Tidak tahu juga penyebab mereka memakai kacamata apakah
karena memang memiliki gangguan penglihatan atau hanya sekadar style agar terlihat lebih pintar.
Sekarang kita tidak membahas kenapa teman-teman kita memakai kacamata.
Anggap saja dulu mereka memakai kacamata karena mata mereka harus
dibantu dengan kacamata. Nah kita kembali pada pembahasan semula yang
masih membuat kita semakin penasaran. Benar nggak kalau orang yang
berkacamata itu pintar dan orang pintar itu berkacama mata? Namun, ada
hal yang patut kita dipertanyakan. Apakah ada korelasi atau hubungan antara kacamata dengan kepintaran seseorang?
Menurut Linda, memang benar kalau orang
yang berkacamata itu pintar soalnya ia telah melihat keponakannya
sebagai buktinya. “Emang benar, orang yang berkacamata
itu kebanyakan yang pintar-pintar. Contohnya saja keponakanku, dari SD
sampai SMA dia juara kelas terus,” ujarnya.
Sedangkan menurut Ismi orang yang
memakai kacamata dulu dengan sekarang berbeda. “Mungkin anggapan itu
benar juga. Karena statement ini muncul karena orang-orang dulu
berkacamata memang pintar-pintar. Dulu lampu listrik
belum merata pemakaiannya jadi orang-orang dulu sering membaca pakai
pelita, jadi agak redup. Sehingga mempengaruhi kesehatan dan ketajaman
mata mereka. Makanya, mereka memakai kacamata tapi emang benar mereka pintar-pintar.
Nah, kalau sekarang belum tentu orang yang berkacamata itu pintar.
Karena kebanyakan orang yang memakai kacamata sering nonton TV terlalu
dekat. Lagian, ada juga yang sebagai gaya-gayaan. Kalau ada yang pintar barangkali hanya kebetulan,” tutur mahasiswa IAIN Imam Bonjol Padang ini.
“Menurut aku sangat lucu kalau ada yang
menganggap orang yang berkacamata itu pintar, tetapi umumnya orang yang
berkacamata itu selalu menunjukkan prestasi yang lumayan. Penyebabnya
tidak selalu dikaitkan dengan menonton TV terlalu dekat dan membaca di
tempat yang redup. Sebenarnya mereka kurang mengonsumsi vitamin A dan
memiliki kelaianan pada pembiasan cahaya ke mata. Yang aku lihat, orang
yang berkacamata itu tidak kalah keren dalam urusan penapmpilan, bahkan
isa mempunyai ciri khas” tutur Chendy Fragi Yendra mahasiswa Poltekkes Kemenkes RI Padang.
Lantas, ada tidak korelasi antara kacamata dengan kepintaran seseorang ?
Bagi Ebi, tidak ada hubungannya antara kacamata dengan kepintaran. “Tidak ada hubungannya.
Aku sendiri pakai kacamata tapi tidak pintar, merasa biasa-biasa aja
kok. Ada juga yang tidak pakai kacamata tapi dia lebih pintar dari aku. Jadi, tidak ada hubunganya sama sekali kan” ujarnya.
Patra mengatakan tidak ada hubungan
antara kacamata dengan kepintaran seseorang. Orang yang pakai kacamata
bisa saja karena takdirnya, tetapi orang pintar akan lebih memilih tanpa
kacamata” ujar mahasiswa Institut Teknolgi Plus ini.
Kacamata memang tidak ada hubungannya dengan kepintaran seseorang.
Hanya saja, ketika seseorang yang memakai kacamata kesan orang yang
lebih pintar. Nah, jadi orang berkacamata itu pintar dan orang pintar
itu berkacamata hanya sebuah mitos. Banyak juga kok yang tidak memakai
kacamata yang pintar.
Kacamata dan Kecerdasan, Adakah Hubungannya?
Mengapa Superman harus memakai kacamata ketika tampil sebagai alter ego-nya,
Clark Kent? Tidak cukupkah ia menyisir rambutnya menjadi klimis?
Mengapa ia tidak memakai kumis palsu saja? Kenapa pula, dengan memakai
kacamata itu, Clark Kent lalu belagak jadi pria yang pemalu, kikuk,
kurang pergaulan atau kuper, dan lain sebagainya?
Selama ini kita sering melihat bahwa orang yang berkacamata sering kali dikaitkan dengan sifat-sifat semacam itu. Lihat Ugly Betty
atau film-film lain yang mengetengahkan tokoh remaja putri pintar tapi
kuper dan selalu digambarkan berkacamata, dan mereka selalu jadi bahan
ejekan teman-teman prianya? Mereka baru menjadi perhatian ketika
berhasil me-makeover dirinya menjadi cantik, tanpa kacamata tentunya.
Hal
ini tentu patut dipertanyakan: bagaimana sih persepsi kita mengenai
orang yang berkacamata? Bagaimana kacamata menyatakan sesuatu mengenai
kepribadian seseorang? Ternyata, para peneliti punya banyak cerita
mengenai hal ini.
Berkacamata berarti kutu buku?
Menurut
studi yang digelar oleh Centre for Eye Research di University of
Melbourne, tahun 2008, tidak ada korelasi antara penggunaan kacamata dan
sifat-sifat seperti kutu buku atau kuper. Peneliti mengamati
kepribadian orang-orang kembar selama empat tahun dan mengukur seberapa
terbuka, ekstrover, neurotik, dan teliti pada diri mereka. Ternyata,
para peneliti tidak bisa mengungkapkan hubungan antara berkacamata dan
sifat pemalu atau introver. Namun, ada sedikit koneksi antara mata minus
dan sikap terbuka dan ramah. Jadi, mengenakan kacamata tidak berarti
kutu buku; bahkan pemakainya terbukti lebih easy going dan lebih ramah.
Kacamata bikin orang terlihat lebih cerdas
Kacamata
memang tidak secara langsung menciptakan seseorang yang introver, tapi
tampaknya memberi kesan orang yang lebih cerdas. Sebuah survei yang
digelar pada tahun 2009 oleh Essilor of America, pembuat lensa kacamata,
menanyai pendapat kepada lebih dari 3.000 orang Amerika tentang orang
berkacamata. Hasilnya, sebanyak 40 persen mengakui bahwa kacamata
membuat orang terlihat lebih cerdas dan 74 persen menilai orang
berkacamata umumnya bekerja sebagai petugas perpustakaan! Guru menempati
posisi kedua sebagai profesi yang dikaitkan dengan kacamata (71
persen).
Berkacamata bikin tampang jadi tidak menarik
Sebuah
studi lain menyatakan bahwa orang berkacamata merasa kurang menarik dan
kurang percaya diri. Studi yang diterbitkan di Optometry and Vision
Science ini memilih sekelompok anak usia 8-11 tahun yang bermata minus
dan meminta mereka mengenakan kacamata atau lensa kontak. Setelah tiga
tahun, anak-anak ini ditanya mengenai tingkat keyakinan diri mereka.
Ternyata, anak-anak yang memakai lensa kontak merasa lebih pede dengan tampangnya, kemampuan atletiknya, dan bagaimana teman-teman menanggapi mereka.
Anak-anak perempuan dilaporkan mengalami perbaikan keyakinan diri yang sangat dramatis.
Stereotipe si kacamata
Kesimpulannya,
kacamata memang menandakan tipe kepribadian tertentu, dan hal itu
dimulai sejak usia dini. Sedih juga ya kalau dengan memakai kacamata
anak-anak bisa memengaruhi penilaian orang lain terhadap diri mereka.
Meskipun kacamata bisa memperjelas penglihatan seseorang, ternyata hal
itu tidak bisa memberikan pandangan yang akurat mengenai kepribadian
seseorang.
Yang lebih sedih lagi, remaja perempuan merasa makin
tidak nyaman dengan kacamatanya, ketimbang remaja laki-laki. Studi yang
mempelajari tentang relasi pria-wanita ternyata lebih peduli mengenai
bagaimana pandangan tentang perempuan yang memakai kacamata. Hal ini
menyiratkan bahwa stereotipe mengenai pemakai kacamata tidak berlaku
untuk semua gender.
Lepas dari masalah gender, kacamata sebenarnya
tidak membuat kita lebih cerdas atau kurang menarik seperti anggapan
masyarakat. Selebriti seperti Tina Fey dan Lisa Loeb berhasil mengubah
pandangan bahwa berkacamata pun bisa membuat seseorang terlihat stylish dan seksi.